Selasa, 08 Juni 2010

RANGKAIAN PENGISI BATEREI OTOMATIS


Gambar rangkaian pengisi baterei otomatis




Pada dasarnya rangkaian yang saya rancang diatas memiliki cara kerja yang sangat sederhana, dimana rangkaian tersebut dirancang supaya tidak terjadi short circuit atau hubungan pendek antara tegangan supply dengan batere yang akan di-charge. Memang benar jika ada salah seorang ingin mencoba untuk mengghubungkan langsung antara supply dengan batere maka batere bisa dipastikan akan terisi. Tetapi arus yang mengalir melalui batere yang dicharge tidak bisa dikontrol serta jika batere sudah penuh maka batere tersebut akan rusak atau soak jika tetap pada kondisi hubungan pendek.

Prinsip Kerja Charger Baterei


Pada saat batere kosong kita pasang pada terminal pengisian, transistor Q1 akan langsung aktif dikarenakan arus akan mengalir melalui R1 dan akan memicu basis transistor Q1. Pada kondisi ini arus yang akan mengisi batere sebagian besar berasal dari kolektor Q1 yang terhubung langsung dengan terminal positif supply. Kemudian selama proses pengisian berlangsung kenaikan tegangan pada batere akan memperbesar arus yang mengalir pada basis Q2 melalui R5 10 Kohm, VR1 dan dioda D2. VR1 merupakan komponen yang digunakan sebagai kalibrasi awal untuk menentukan posisi yang tepat dalam perencanaan proses switching rangkaian. Untuk VR1 kita bisa menggunakan trimpot atau potensio sesuai dengan selera kita. Pada awal pengisian, aturlah potensio pada posisi led indicator D3 pada kondisi mati, serta arus yang mengalir masuk pada kolektor Q1 tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil.

Jika batere sudah terisi penuh maka led indicator secara otomatis akan menyala dikarenakan kenaikan tegangan pada batere yang di charge akan menyebabkan kenaikan arus yang mengalir pada basis transistor Q2 serta akan memutuskan siklus pengisian akibat transistor Q1 mengalami cut-off dikarenakan kekurangan arus basis. Mengapa pada kondisi tersebut Q1 akan mengalami kekurangan arus basis hal ini dikarenakan hampir semua arus yang mengalir pada R1 10 Kohm akan berpindah ke dioda D1 yang secara logika terhubung langsung dengan ground akibat Q2 mengalami jenuh.

.

Daftar Komponen :

1. Resistor : R1 (10 Kohm),

2. R2 (680 ohm)

3. R3 (100 Kohm)

4. R5 (10 Kohm)

5. VR1 (Potensio / Trimpot = 100 Kohm)

6. Dioda : D1 & D2 ( IN4002) dan D3 (Led)

7. Transistor : Q1 dan Q2 (2N3904)

8. Catu daya 9 volt

Untuk lebih lengkapnya klik disini

Jumat, 14 Mei 2010

Penguat Common Emitter,Collector,Bases

Penguat Sinyal Kecil


Penguat Sinyal terdiri atas :

1. Penguat Common Base
2. Penguat Common Emitter
3. Penguat Common Collector

Tujuan Percobaan ini adalah mencari karakteristik masing-masing penguat meliputi penguaatn tegangan, penguatan arus, penguatan daya, resistansi input, resistansi output, impedansi input dan impedansi output.

1.1 Penguat Common Base
1.1.1 Dasar Teori

Penguat Common Base juga dikenal dengan penguat dengan basis ditanahkan. Penguat ini dapat menghasilkan penguatan tegangan antara sinyal masukan dan keluaran, tetapi tidak penguatan arus. Karakteristiknya adalah impedansi masukan kecil dan impedansi keluaran seperti pada penguat Common Emitter. Karena arus masukan dan keluaran mempunyai nilai yang hampir sama, kapasitor stray dari transistor tidak terlalu berpengaruh dibandingkan pada penguat common emiter. Penguat common basis sering digunakan pada frekuensi tinggi yang menghasilkan penguatan tegangan lebih besar daripada rangkaian dengan 1 transistor lainnya.
Penguat Common Base ditunjukkan dalam Gambar 1.1. Diatas frekuensi corner kapasitor antara basis dan ground pada rangkaian menghasilkan pentanahan sinyal AC yang efektif pada basis transistor.


Gambar 1.1. Penguat Common Base

1.1.2 Prosedur dan Hasil Percobaan

1. Susun rangkaian seperti pada Gambar 1.2 dan hubungkan dengan oscilloscope : channel 1 = input = U1, channel 2 = output = U2
2. Set resistor variable R2 sehingga UCE = U2 = � US 5 Volt untuk U1 = 0 Volt. Kemudian ukur reistansinya.
3. Set tegangan input U1 = 10 mVPP dengan frekuensi 1 kHz. Ukur U2 menggunakan oscilloscope.
4. Ukur beda phase antara input dan output.
5. Untuk mendapatkan nilai resistansi output rangkaian, pasang resistor variabel R'L = 47 k terhadap U2 seperti pada gambar. Atur R'L sehingga U'2 = � U2. Ukur nilai resistansinya.
6. Untuk mengukur arus input, pasang resistor R3. Sekali lagi atur U1 dan ukur U3.


Gambar 1.2. Rangkaian Penguat Common Base
1.2 Penguat Common Emitter dengan RE
1.2.1 Dasar Teori

Penguat Common Emitter sering dirancang dengan sebuah resistor emiter (RE) seperti ditunjukkan dalam Gambar 1.5. Resistor tersebut menghasilkan bentuk dari umpan balik negatif yang dapat digunakan untuk menstabilkan titik operasi DC dan penguatan AC.


Gambar 1.5. Penguat Common Emitter dengan RE


1.2.2 Prosedur dan Hasil Percobaan

1. Susun rangkaian seperti pada Gambar 1.6 dan hubungkan dengan oscilloscope : channel 1 = input = U1, channel 2 = output = U2
2. Set resistor variable R2 sehingga UCE = U2 = � US 5 Volt untuk U1 = 0 Volt. Kemudian ukur reistansinya.
3. Set tegangan input U1 = 10 mVPP dengan frekuensi 1 kHz. Ukur U2 menggunakan oscilloscope.
4. Ukur beda phase antara input dan output. Catat hasilnya pada tabel data !
5. Untuk mendapatkan nilai resistansi output rangkaian, pasang resistor variabel R'L = 47 k terhadap U2 seperti pada gambar. Atur R'L sehingga U'2 = � U2. Ukur nilai resistansinya.
6. Untuk mengukur arus input, pasang resistor R3. Sekali lagi atur U1 dan ukur U3.



Gambar 1.6. Rangkaian Penguat Common Emitter
1.3 Penguat Common Collector
1.3.1 Dasar Teori

Penguat Common Collector juga disebut dengan pengikut emiter (emitter follower) karena tegangan sinyal keluaran pada emiter hampir sama dengan tegangan sinyal masukan pada basis. Penguatan tegangan penguat ini selalu lebih kecil dari 1, tetapi mempunyai penguatan arus yang tinggi dan biasanya digunakan untuk mencocokkan sumber dengan impedansi tinggi ke beban yang impedansinya rendah. Penguat ini mempunyai impedansi masukan besar dan impedansi keluaran kecil. Penguat Common Collector ditunjukkan dalam Gambar 1.9.


Gambar 1.9. Penguat Common Collector


1.3.2 Prosedur dan Hasil Percobaan

1. Susun rangkaian seperti pada Gambar 1.10 dan hubungkan dengan oscilloscope : channel 1 = input = U1 channel 2 = output = U2
2. Tanpa masukan di U1, hitung tegangan pada U2.
3. Set tegangan input U1 = 2 VPP dengan frekuensi 1 kHz. Ukur U2 menggunakan oscilloscope.
4. Ukur beda phase antara input dan output.
5. Untuk mendapatkan nilai resistansi output rangkaian, pasang resistor variabel R'L = 47 k terhadap U2 seperti pada gambar. Atur R'L sehingga U'2 = � U2. Ukur nilai resistansinya.
6. Untuk mengukur arus input, pasang resistor R3. Sekali lagi atur U1 dan ukur U3.



Gambar 1.10. Rangkaian Penguat Common Collector


Jumat, 07 Mei 2010

Analisis AC dan DC

Terdapat dua jenis analisis pada rangkaian penguat, yaitu :

  1. Analisis untuk kerja Q ® menggunakan analisis dc
  2. Analisis penguatan (gain) ® menggunakan analisis ac

Analisis DC

Dalam melaksanakan analisis DC, komponen kapasitor dihilangkan. Beban pada rangkaian juga dihilangkan, sehingga rangkaian awal menjadi rangkaian akhir.

Analisis AC

Dalam analisis AC, kapasitor C2 dihubungkan singkat terlebih dahulu, dan kapasitor C3 dihilangkan, pada input diberikan sinyal input AC dengan tahanan Rs, sedangkan catu daya Vcc dihilangkan dan diganti dengan ground, sehingga rangkaian menjadi seperti berikut :

Kapasitor Kopling dan Kapasitor Bypass

  • Kebanyakan kapasitor dalam rangkaian transistor adalah kapasitor kopling atau kapasitor bypass.
  • Kapasitor Kopling melewatkan sinyal ac dari satu titik tidak ditanahkan ke titik yang tidak ditanahkan lainnya.
  • Secara ideal kapasitor tampak terbuka bagi arus dc. Karena itu, kapasitor kopling tampak terbuka bagi arus dc tetapi dihubungsingkat bagi arus ac.
  • Kerja yang berbeda ini memungkinkan kapasitor kopling melewatkan sinyal ac dari satu rangkaian ke rangkaian yang lainnya tanpa mengganggu pembiasan dc dari tiap rangkaian.
  • Kapasitor bypass serupa dengan kapasitor kopling, kecuali bahwa dia mengkopel titik yang tidak ditanahkan ke titik yang ditanahkan. Kapasitor bypass menimbulkan pertanahan.
  • Dalam jangkauan (range) frekuensi normal dari sebuah penguat, biasanya kita mendekati semua kapasitor kopling dan bypass sebagai dc terbuka dan ac sebagai hubung singkat.
  • Jika anda mengurangi semua sumber ac menjadi nol dan membuka semua kapasitor, rangkaian yang tinggal disebut rangkaian ekivalen dc. Jika kita mengurangi semua sumber dc menjadi nol dan menghubungsingkat semua kapasitor kopling dan bypass, rangkaian yang tinggal adalah rangkaian ekivalen ac.
  • Ukuran kapasitor

Sinyal input mempunyai frekuensi antara 10 Hz dan 50 kHz. Agar kapasitor kopling bekerja dengan tepat, berapa ukuran yang seharusnya ?



Resistansi total dalam loop adalah 10 k ohm. Frekuensi terendah 10 Hz, mempunyai periode T = 1/f = 1/10 = 0,1s. Karena itu kapasitor kopling harus memenuhi :

T = RC

0,1 = 104 C, sehingga C = 0,1/ 104 = 10mF.


untuk lebih lengkap klik disini


Selasa, 13 Oktober 2009

komponen aktif dan pasif



Komponen Aktif dan Pasif




991244_780185_596870_komponen300 Halo teman – teman sebelum kita memasuki apa itu komponen aktif dan pasif ada baiknya jika terlebih dahulu kita mengetahui terlebih dahulu apa itu elektronika. Elektronika merupakan suatu ilmu yang mempelajari tentang alat listrik arus lemah yang dioperasikan dengan cara mengontrol aliran elektron atau partikel bermuatan listrik dalam suatu peralatan elektronik. Elektronika ini sendiri merupakan cabang dari ilmu fisika. Sedangkan bentuk desain dari pembuatan sirkuit elektroniknya adalah bagian dari Teknik Elektro,Teknik Komputer, dan Ilmu Elektronika dan Instrumentasi.
Nah sekarang kita masuk ke bagian utama bahasannya niy teman – teman tentang apa itu komponen aktif dan pasif. Perlu diketahui bahwa komponen elektronika terbagi menjadi dua bagian yaitu komponen aktif dan komponen pasif. Komponen Pasif merupakan komponen elektronika yang dalam pengoperasiannya tidak membutuhkan sumber tegangan dan arus tersendiri, sedangkan Komponen Aktif merupakan komponen elektronika yang dalam pengoperasiannya perlu sumber arus dan tegangannya sendiri.
Kita mulai dari komponen pasif-nya dulu ya. jadi komponen pasif itu seperti sudah saya beritahukan diatas bahwa dia tidak memerlukan sumber arus dan tegangan tersendiri saat pengoperasiannya. Contoh – contoh dari komponen pasif ini antara lain :
  1. resistor
  2. kapasitor
  3. diode
  4. relay
nah komponen – komponen itu tidak membutuhkan sumber arus dan sumber tegangannya sendiri saat pengoperasian. Mereka cukup mengambil arus dan tegangan dari lingkungan kerjanya, tentu saja lingkungan disini bukan berarti komponen tersebut mengambilnya dari sembarang tempat. Pernah saya ditanya apakah jika sebuah resistor dihubungkan pada sebuah sumber tegangan maka itu merupakan komponen aktif?? karena sesuai penjelasan diatas saya menjelaskan bahwa komponen aktif memiliki arus dan sumber tegangan tersendiri dan saya menjawab tentu saja resistor itu tetap bukan merupakan komponen aktif. saya menjelaskan panjang lebar dan mempertahankan pendapat saya hingga akhirnya saya balikkan apakah jika sebuah op-amp tidak disambungkan dengan sumber tegangan maka akan bekerja sebagaimana jika sebuah resistor tidak dihubungkan ke sumber tegangan?? maka dengan jawaban itulah debat kusir itu berakhir.
Nah sekarang kita bahas tentang komponen aktif. Di atas sudah dijelaskan mengenai komponen aktif bahwa komponen aktif itu harus memiliki sumber arus dan tegangannya sendiri untuk bisa beroperasi. Contoh – contoh komponen elektronika yang termasuk ke golongan komponen aktif misalnya :
  1. transistor
  2. thrystor
  3. tranducer
  4. sensor
  5. IC (integrated circuit)
seperti diketahui bahwa komponen – komponen yang saya sebutkan diatas merupakan contoh – contoh komponen aktif dan membutuhkan sumber arus dan tegangan tersendiri misalnya adalah IC, kita ambil contoh yang mudah dulu yaitu IC op-amp BC741 yang memiliki 8 pin, pada kaki atau pin ke-4 harus dihubungkan ke sumber tegangan negatif sedangkan pin ke-7 harus dihubungkan dengan tegangan positif. sumber tegangan disini bukanlah sebagai input tetapi hanya sebagai aktivator agar op-amp tersebut dapat bekerja, dan jika pin-4 dan 7 ini tidak dihubungkan ke sumber tegangan maka op-amp tersebut tidak akan berfungsi.
nah teman – teman mengenai komponen aktif dan pasif yang saya bahas cukup sekian tapi dalam waktu dekat saya juga akan memberikan bahasan tentang contoh – contoh dari komponen aktif dan pasif yang sudah saya sebutkan di atas. saya berharap dengan tulisan ini dapat membantu teman – teman yang membutuhkannya dan dengan tulisan ini juga saya melatih kebiasaan untuk menulis sehingga saya bisa terbiasa menulis. semoga bermanfaat untuk teman – teman.